Penulis
menyalurkan tulisan ini dari karangan seorang hamba Allah, Syaikhul islam yang
rajin menjelaskan kebenaran dan menyebarkan agama, menciduk sunnah pemimpin
para rasul, meletakkan penanya yang tajam di tengkuk para ahli bi’ah, yang
membabat leher para ahli kurafat dengan pedang kebenaran, yang aktif
menjelaskan AL-Qur’an, yang menguasai sastra bahasa, yang mendapat ilham petunjuk dan pemahaman dari
Allah, yang menjabarka pengertian, beliau adalah Abu Abdullah Muhammad bin Abu
Bakar bin Ayyub bin Sa’d Az-Zar’I Add-Dimasqi atau yang lebih dikenal dengan
sebutan Abu Qayyim Al-Jauziyah. Semoga
Allah mengampuni dosa kita dan dosanya, menempatkannya di surga-Nya dan
mengumpulkan kita dengannya pada kebenaran iman.
Al-Fatihah yang Mencakup Berbagai Tuntutan
Surat Al-Fatihah
mencakup berbagai macam tuntutan yang tinggi. Ia mencakup pengenalan terhadap
sesembahan yang memiliki tiga nama, Allah, Ar-Rabb dan Ar-Rahman. Tiga asma ini
merupakan rujukan Asmaul Husna dan sifat-sifat yang tinggi serta menjadi
porosnya. Surrat Al-Fatihah menjelaskan Illahiyah, Rububiyah dan Rahmah. Iyyaka na’budu merupakan bangunan di
atas Illahiyah, iyyaka nasta’in di
atas Rububiyah, dan mengharap petunjuk kepada jalan yang lurus merupakan sifat rahmat. Al-Hamdu mencakup tiga ha: Yang Terpuji
dalam Illahiyah-Nya, Yang terpuji dalam Rububiyah-Nya dan Yang Terpuji dalam
Rahmat-Nya. Surat AL-Fatihah juga mencakup Hari Pembalasan, Pembalasan amal
hamba, yang baik dan yag buruk, keesaan Allah dalam hukum, yang berlaku untuk
semua makhluk, hikmah_nya yang adil, yang semua ini terkandung dalam maliki yaumiddin.
Surat Al-Fatihah
juga mencakup penetapan nubuwah, yang biasa dilihat dari beberapa segi:
-
Keberadaan Allah sebagai Rabbal-‘alamin. Dengan kata lain, tidak layak bagi Allah untuk membiarkan
hamba-hamba-Nya dalam keadaan sia-sia dan telantar, tidak memperkenankan apa
yang mendatangkan mudharat di dunia dan di akhirat.
-
Bisa disimpulkan dari Asma-Nya,
Allah, yang berarti disembah dan dipertuhankan. Hamba tidak mempunyai cara
untuk bisa mengenal sesembahannya kecuali lewat para rasul.
-
Bisa disimpulkan dari asma-Nya,
Ar-Rahman. Rahmat Allah mencegah-Nya untuk menelantarkan hamba-Nya dan tidak
memperkenalkan kesempurnaan yang harus mereka cari. Dzat yang diberi asma
Ar-Rahman tentu memiliki tanggung jawab untuk mengutus para rasul dan
menurunkan kitab-kitab. Tanggung jawab ini lebih besar daripada tanggung jawab
untuk menurunkan hujan, menurunkan tanaman dan mengeluarkan biji-bijian.
Konsekuensi rahmat untuk menghidupkan hati dan ruh, lebih besar daripada
konsekuensi menghidupkan badan.
-
Bisa disimpulkan dari
penyebutan yaumid-din, yaitu hari
dimana Allah akan memberikan pembalasan terhadap amal hamba. Dia memberikan
pahala kepada mereka atas kebaikan, dan menyiksa mereka atas keburukan dan
kedurhakaan. Tentu saja Allah tidak akan menyiksa seseorang sebelum ditegakkan
hujjah atas dirinya. Hujjah ini tegak lewat para rasul dan kitab-kitab-Nya.
-
Bisa disimpulkan dari iyyaka na’budu. Beribadah kepada Allah
tidak boleh dilakukan kecuali dengan cara yang diridhai dan dicintai-Nya.
Beribadah kepada-NYa berarti bersyukur, mencintai dan takut kepada-Nya
berdasarkan fitrah, sejalan dengan akal yang sehat. Cara beribadah ini tidak
bisa diketahui kecuali lewat para rasul dan berdasarkan penjelasan mereka.
-
Bisa disimpulkan dari ihdinash-shirathal-mustaqim. Hidayah
adalah keterangan dan bukti, kemudian berupa taufik dan ilham. Bukti dan
keterangan tidak di akui kecuali yang datang dari pada rasul. Jika ada bukti dan
keterangan serta pengakuan, tentu akan ada hidayah dan taufik, iman tumbuh
dalam hari, dicintai dan berpengaruh di dalamnya. Hidayah dan taufik berdiri
sendiri, yang tidak bisa diperoleh kecuali dengan bukti dan keterangan.
Keduanya mencakup pengakuan kebenaran yang belum kita ketahui, baik secara
rinci maupun global. Memohon hidayah mencakup permohonan untuk mendapat segala
kebaikan dan keselamatan dari kejahatan
-
Dengan cara mengetahui apa yang
diminta, yaitu jalan yang lurus. Tapi jalan itu tidak bisa disebut jalan jika
tidak mencakup lima hal; lurus, menghantar ketujuan, dekat, cukup untuk dilalui
dan merupakan satu-satunya jalan yang mengantar ke tujuan. Satu cirinya yang
lurus, karena garis lurus merupakan jarak yang paling dekat di antara dua titik,
sehingga ada jaminan untuk menghantarkan ke tujuan.
-
Bisa disimpulkan dari orang
yang diberi nikmat dan perbedaan mereka golongan yang mendapat murka dan
golongan yang sesat. Ditilik dari pengetahuan tentang kebenaran dan
pengalamannya, maka manusia bisa dibagi menjadi tiga golongan ini (golongan
yang diberi nikmat, yang mendapatkan murka dan golongan yang sesat). Hamba ada
yang mengetahui kebenaran dan ada yang tidak mengetahuinya. Yang mengetaui
kebenaran ada yang mengamalkannya dan ada yang menentangnya. Inilah macam-macam
orang mukallaf. Orang yang mengetahui kebenaran dan mengamalkannya adalah orang
yang mendapatkan rahmat, dialah yang mensucikan dirinya dengan ilmu yang
bermafaat dan amal yang shalih, dan dialah yang beruntung. Orang yang
mengetahui mengetahui kebenaran namun mengikuti hawa nafsunya, maka dialah
orang yang mendapat murka. Sedangkan orang yang tidak mengetahui kebenaran
adalah orang yang sesat. Orang yang mendapat murka adalah orang yang tersesat
dari hidayah amal. Orang yang tersesat mendapat murka karena kesesatannya dari
mencari ilmu yang harus diketahuinya dan amal yang harus dikerjakannya.
Semoga
bermanfaat, nanti akan disusul dengan pemabahasan selanjutnya pada bagian dua
(part 2), insyaAllah. J