Thursday, 12 March 2015

Penjabaran Menyeluruh “iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in”


Penulis menyalurkan tulisan ini dari karangan seorang hamba Allah, Syaikhul islam yang rajin menjelaskan kebenaran dan menyebarkan agama, menciduk sunnah pemimpin para rasul, meletakkan penanya yang tajam di tengkuk para ahli bi’ah, yang membabat leher para ahli kurafat dengan pedang kebenaran, yang aktif menjelaskan AL-Qur’an, yang menguasai sastra bahasa, yang mendapat ilham petunjuk dan pemahaman dari Allah, yang menjabarka pengertian, beliau adalah Abu Abdullah Muhammad bin Abu Bakar bin Ayyub bin Sa’d Az-Zar’I Add-Dimasqi atau yang lebih dikenal dengan sebutan  Abu Qayyim Al-Jauziyah. Semoga Allah mengampuni dosa kita dan dosanya, menempatkannya di surga-Nya dan mengumpulkan kita dengannya pada kebenaran iman.
Al-Fatihah yang Mencakup Berbagai Tuntutan
Surat Al-Fatihah mencakup berbagai macam tuntutan yang tinggi. Ia mencakup pengenalan terhadap sesembahan yang memiliki tiga nama, Allah, Ar-Rabb dan Ar-Rahman. Tiga asma ini merupakan rujukan Asmaul Husna dan sifat-sifat yang tinggi serta menjadi porosnya. Surrat Al-Fatihah menjelaskan Illahiyah, Rububiyah dan Rahmah. Iyyaka na’budu merupakan bangunan di atas Illahiyah, iyyaka nasta’in di atas Rububiyah, dan mengharap petunjuk kepada jalan yang lurus merupakan sifat rahmat. Al-Hamdu mencakup tiga ha: Yang Terpuji dalam Illahiyah-Nya, Yang terpuji dalam Rububiyah-Nya dan Yang Terpuji dalam Rahmat-Nya. Surat AL-Fatihah juga mencakup Hari Pembalasan, Pembalasan amal hamba, yang baik dan yag buruk, keesaan Allah dalam hukum, yang berlaku untuk semua makhluk, hikmah_nya yang adil, yang semua ini terkandung dalam maliki yaumiddin.
Surat Al-Fatihah juga mencakup penetapan nubuwah, yang biasa dilihat dari beberapa segi:
-                      Keberadaan Allah sebagai Rabbal-‘alamin. Dengan kata lain, tidak layak bagi Allah untuk membiarkan hamba-hamba-Nya dalam keadaan sia-sia dan telantar, tidak memperkenankan apa yang mendatangkan mudharat di dunia dan di akhirat.
-                      Bisa disimpulkan dari Asma-Nya, Allah, yang berarti disembah dan dipertuhankan. Hamba tidak mempunyai cara untuk bisa mengenal sesembahannya kecuali lewat para rasul.
-                      Bisa disimpulkan dari asma-Nya, Ar-Rahman. Rahmat Allah mencegah-Nya untuk menelantarkan hamba-Nya dan tidak memperkenalkan kesempurnaan yang harus mereka cari. Dzat yang diberi asma Ar-Rahman tentu memiliki tanggung jawab untuk mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab. Tanggung jawab ini lebih besar daripada tanggung jawab untuk menurunkan hujan, menurunkan tanaman dan mengeluarkan biji-bijian. Konsekuensi rahmat untuk menghidupkan hati dan ruh, lebih besar daripada konsekuensi menghidupkan badan.
-                      Bisa disimpulkan dari penyebutan yaumid-din, yaitu hari dimana Allah akan memberikan pembalasan terhadap amal hamba. Dia memberikan pahala kepada mereka atas kebaikan, dan menyiksa mereka atas keburukan dan kedurhakaan. Tentu saja Allah tidak akan menyiksa seseorang sebelum ditegakkan hujjah atas dirinya. Hujjah ini tegak lewat para rasul dan kitab-kitab-Nya.
-                      Bisa disimpulkan dari iyyaka na’budu. Beribadah kepada Allah tidak boleh dilakukan kecuali dengan cara yang diridhai dan dicintai-Nya. Beribadah kepada-NYa berarti bersyukur, mencintai dan takut kepada-Nya berdasarkan fitrah, sejalan dengan akal yang sehat. Cara beribadah ini tidak bisa diketahui kecuali lewat para rasul dan berdasarkan penjelasan mereka.
-                      Bisa disimpulkan dari ihdinash-shirathal-mustaqim. Hidayah adalah keterangan dan bukti, kemudian berupa taufik dan ilham. Bukti dan keterangan tidak di akui kecuali yang datang dari pada rasul. Jika ada bukti dan keterangan serta pengakuan, tentu akan ada hidayah dan taufik, iman tumbuh dalam hari, dicintai dan berpengaruh di dalamnya. Hidayah dan taufik berdiri sendiri, yang tidak bisa diperoleh kecuali dengan bukti dan keterangan. Keduanya mencakup pengakuan kebenaran yang belum kita ketahui, baik secara rinci maupun global. Memohon hidayah mencakup permohonan untuk mendapat segala kebaikan dan keselamatan dari kejahatan
-                      Dengan cara mengetahui apa yang diminta, yaitu jalan yang lurus. Tapi jalan itu tidak bisa disebut jalan jika tidak mencakup lima hal; lurus, menghantar ketujuan, dekat, cukup untuk dilalui dan merupakan satu-satunya jalan yang mengantar ke tujuan. Satu cirinya yang lurus, karena garis lurus merupakan jarak yang paling dekat di antara dua titik, sehingga ada jaminan untuk menghantarkan ke tujuan.
-                      Bisa disimpulkan dari orang yang diberi nikmat dan perbedaan mereka golongan yang mendapat murka dan golongan yang sesat. Ditilik dari pengetahuan tentang kebenaran dan pengalamannya, maka manusia bisa dibagi menjadi tiga golongan ini (golongan yang diberi nikmat, yang mendapatkan murka dan golongan yang sesat). Hamba ada yang mengetahui kebenaran dan ada yang tidak mengetahuinya. Yang mengetaui kebenaran ada yang mengamalkannya dan ada yang menentangnya. Inilah macam-macam orang mukallaf. Orang yang mengetahui kebenaran dan mengamalkannya adalah orang yang mendapatkan rahmat, dialah yang mensucikan dirinya dengan ilmu yang bermafaat dan amal yang shalih, dan dialah yang beruntung. Orang yang mengetahui mengetahui kebenaran namun mengikuti hawa nafsunya, maka dialah orang yang mendapat murka. Sedangkan orang yang tidak mengetahui kebenaran adalah orang yang sesat. Orang yang mendapat murka adalah orang yang tersesat dari hidayah amal. Orang yang tersesat mendapat murka karena kesesatannya dari mencari ilmu yang harus diketahuinya dan amal yang harus dikerjakannya.


Semoga bermanfaat, nanti akan disusul dengan pemabahasan selanjutnya pada bagian dua (part 2), insyaAllah. J

Sunday, 8 March 2015

Model-modeSikapPengambilan Keputusan

Dalam menjalani kehidupan, tentunya kita sering dihadapkan pada berbagai macam permasalahan. Masalah seperti apapun bentuknya pasti ingin kita selesaikan dengan tepat. Timbul permasalahan tidak hanya dalam dunia kerja antara atasan dan bawahan, bahkan masalah tentunya juga terjadi dalam rumah tangga, pribadi dan lingkungan. Berikut terdapat beberapa hal yang perlu kiranya diperhatikan saat menggambil suatu keputusan yang baik.
Model-model sikap pengambilan keputusan
Pertama, jangan tergesa-gesa!! 
Jika ditengah revisi dan penyusunan ketatanan sebuah manajerial malah kita mendapati sebuah terror ataupun judge, maka jika kita jangan sampai terjebak untuk melayani dan balas mereka. Mereka tengah berusaha mendorong kita untuk melakukan sesuatu sebelum semuanya jelas dan selesai untuk kita umumkan. Mereka ingin kita kehilangan kesabaran, agar mereka punya poin untuk mengatakan “lihatlah, tempat kalian bekerja sama sekali tidak berpihak pada pekerjanya”
Tidak usahlah kita membuka rencana-rencana sekarang, tunggu waktu yang tepat untuk berbicara empat mata, dan berikan masukan serta pengertian, pandangan dan rasa empati.  Jiaka masalah dihadapi dengan kesabaran dan kepala dingin, besar peluang semua akan berjalan lancar dengan hasil yang gemilang.
Kedua, jangan menanduk batu karang!!, 
Bolehlah keputusan yang kita berikan diterima, namun nyatanya hanya bersifat sementara waktu. Ketika dalam satu waktu kita dihadapi pada pertanyaan yang sulit dan berat, ternyata kita mengalami syok dan memilih diam. Hal demikian sama halnya dnegan perkataan “jangan menanduk batu karang”, jika seseorang selalu bersikap hati-hat, terkadang bersikap pasif memang lebih menguntungkan.
Rahasia keberhasilan terletak pada ketelitian dalam mengukur kemampuan dan kekuatan diri. Terkadang seseorang justru tidak ingin melakukan apapun atau ia terpaksa tidak dapat melakukan suatu apapun, malah seringkali itulah yang terbaik.
Ketiga, tidak mengambil keputusan.
Bisa saja yang menyebabkan seseorang justru tidak mengambil keputusan dikarenakan rasa takut yang akan timbul. Namun, terkadang penyebab utama tidak diambilnya keputusan adalah sentralisasi yang kuat dalam dunia kerja dan otorisasi pemimpin tertinggi yang secara langsung mengambil keputusan. Apapun resiko yang akan timbul, haruslah dipertimbangkan, namun jangan mengedepankan rasa takut sekiranya keputusan yang anda ambil dan sebelumnya sudah anda pertimbangkan dengan baik layak mendapatkan perhatian meskipun dari orang yang memiliki posisi di atas diri anda. Keputusan yang baik harus bisa dilaksanakan.

Smoga bermanfaat J

Saturday, 28 February 2015

SEJARAH MESJID RAYA BAITURAHHMAN Banda Aceh, Darusalam

Banyak penulis dan pencinta kebudayaan telah menulis tentang Mensjid Raya Baiturrahman. Salah satu tempat ibadah terkemuka dan terpusat di aceh, menjadikan masjid ini tidak hanya sebagai pusat ibadah namun juga ikon wisata religi aceh. Bentuknya yang megah dan tepat berada di tengah kota banda Aceh, membuat letaknya tidak sulit untuk di kunjungi. Pintu gerbang untama kota mengarah langsung ke jalan ibukota tepat di lingkungan kawasan Masjid ini dibangun.
Setiap hari, masjid ini tidak pernah sepi dari para jamaah yang datang untuk menunaikan ibadah shalat wajib maupun sunnah. Di Halaman masjidnya yang sangat luas, terdapat sebuah kolam ikan hias besar yang dibangun antara masjid dan menara masjid. Hamparan rumput hijau dan puluhan pohon palem kurma tumbuh berjejer di pinggir halaman masjid. Halman masjid yang bersih dapat dijadikan tempat untuk beristirahat dan berteduh sambil menikmati megahnya arsitektur kono dari Masjid Raya Baiturrahman.
Bagi masyarakat aceh yang berkunjung ke Banda Aceh, ada tiga tempat yang menjadi objek wisata tradisional yang harus dikkunjungi, yaitu Masjid Raya Baiturrahman, Makam Syiah Kuala (sebutan untuk Syeikh Abdurrauf ibn As-Sigkily Al-Jawy, khalifah utama tarikat syathariyah di nusantara, meninggal 1693 M), dan Rumoh Aceh (sebagian masyarakat Aceh mengira Rumoh Aceh, yang sebenarnya di bangun Belanda sebagai stand pameran colonial di semarang Tahun 1914 dan kemudian dijadikan Aceh Meuseum sejak 31 Juli 1915, sebagai peninggalan sultan-sultan aceh sehingga kadang-kadang masih ada juga masyarakat yang melepaskan nazarnya di tempat itu.
Kuta Dalam (Benteng Istana)  dan Kuta Bate (Benteng Batu), Masjid Raya Baiturrahman dari awal berdirnya juga berfungsi sebagai Benteng (Kuta) pertahanan Rakyat Aceh., misalnya pada awal perang Belanda di Aceh tahun 1873, ketika masjid tersebut menjadi salah satu pusat pertahanan yang kemudian berhasil direbut Belanda (naskah kuno tentang pendaratan tentara Belanda 1873, tt; 1-2), dimana Jendral Kohler Panglima Angkatan Perang Belanda ditembak mati oleh sniper aceh.
Ensiklopedia islam Indonesia (1992; 162-163) menyebutkan bahwa Masjid Raya Baiturrahman pertama kali dibangun pada masa Sultan Alaidin Mahmud Syah I pada tahun 691 H (1292M), manakal sultan menyadari akan perlu tersedianya tempat ibadah bagi penduduk negeri yang semakin ramai beralih agama dan keyakinan lama kepada keyakinan Islam. Akan tetapi tidak satupun diantara tulisan tersebut yang merujuk kepada sumber primer yang meyakinkan. Hal tersebut sulit diteima, dikarenakan pada masa abad ke 16, sesungguhnya sejarah Aceh sama sekali berada dalam kegelapan dan asal usul kesultanannya pun masih kabur dan simpang siur karena cerita dari mulut kemulut  (Djajadiningrat, 192; 9) yang bebeda-beda.
Kepastian yang diberikan Bustanus Salatin mengenai Sultan Iskandar Muda sebagai sultan yang membangun Masjid Raya Baiturrahman, ia menyebutkan bahwa “ ….pada tatkala hijrah seribu empat puluh lima tahun…..ialah yang berbuat Masjid Raya Baiturrahman dan beberapa masjid pada tiap-tiap manzil (tempat atau kampong). Dan ialah yang mengeratkan Agama Islam dan menyuruh segala rakyat shalat lima waktu, dan Puasa Ramadhan dan puasa sunnah , dan menegahkan sekalian mereka itu minum arak, dan berjudi. Dan ialah yang membaitkan baitul mal, dan ushur (dewan) negeri Aceh Darussalam, dan cukai pekan. Dan ialah yang sangat murah kurnianya akan segala rakyatnya, dan mengaruniai sedekah akan segala fakir dan miskin pada tiap-tiap berangkat shalat jum;at (Bustanus Salatin dalam Iskandar, 1966; 35-36).
Leih dari itu, mengingat masa kesultanan Iskandar Muda yang cukup panjang dan merupakan masa keemasan kesultanan Aceh Darussalam, maka tidaklah berlebihan apabila diberitakan bahwa pada masa tersebutlah Masjid Raya Baiturrahman dibangun, karena dalam kurun waktu itu pula banyak hal diselesaikan, seperti membereskan kota dan kampong, pembangunan jalan-jalan raya, pembangunan jembatan-jembatan yang indah dan kuat, pengadaan kantor-kantor, madrasah, masjid, benteng, latihan pegawai, hakim, tenaga ahli, dan sebagainya (atjeh, tt; 62). Sebagai seorang muslim yang taat dan memimpin negeri yang aman, damai, makmur dan sejahtera, tentulah Sultan Iskandar Muda sempat mewujudkan berbagi fasilitas umum sebagaimana tersebut di atas, terutama Masjid Raya Baiturrahman yang kemudia disebut Masjid Raya.
Dalam sejarah panjangnya Masjid Raya Baiturrahman pernah terbakar beberapa kali. Bangunan pertama Masjid Raya Baiturrahman yang indah dan terbesar, dibangun oleh Sultan Iskandar Muda pada tahun 1614 M telah hilang terbakar (Lombard, 1986; 60, bdk. Hasan dalam suny, 1980; 161) pada masa kekuasaan Sultanah Nurul Alam Naqiyatuddin Syah (1675-1678) ketika terjadi pergolakan antara kaum wujudiyyah yang menilai kerajaan yang dipimpin oleh perempuan tidak sah dan berakhir pada kepanikan yang mengakibatkan istana dan masjid musnah terbakar.
Dalam kebakaran tersebut tidak hanya istana dan masjid yang musnah, tetapi juga perpustakana masjid yang memiliki berbagai kitab dalam jumlah besar ( A. Hasmy dalam Puteh & Muh. Irham, S. Ag,. 2002; 1). Kemudia masjid raya dibangun lagi, tetapi tidak jelas apakah setelah terbakar habis pada masa Kesultanah Nurul Alam, (1675-1678) masjid tersebut langsung dibangun, atau pada masa Sultanah Inayat Zakiyatuddin Syah (1678-1688) yang menggantikannya. Akan tetapi mengingat Masjid Raya merupakan masjid utama dan terletak di ibukota kesultanan aceh tersebut, tentulah pembangunan kembali masjid tersebut dilakukan saat itu juga dan tidakklah mungkin kesultanan membiarkannya terbengkalai begitu lama sampai  pada masa sultanah berikutnya.
Masjid Raya Baiturahhman yang dibangun pasca kebakaran pada masa sultanah Nurul Naqiyatuddin Syah tersebut, terakhir dipugar secara luar biasa dengan gotong royong masyarakat di bawah pimpinan Habib Abdurrahman Az-Zahir, tokoh yang dikagumi dan disegani banyak orang (Hurgronje, 1996:66). Ia menjabat mangkabumi kesultanan aceh Darussalam menjelang perang Belanda di Aceh (1873 M). Akan tetapi pada permulaan perang Belanda di Aceh tahun 1873 bangunan Masjid Raya Baiturahhman tersebut kembali musnah terbakar karena peluru meriam api yang dilepaskan pasukan Belanda dari Kampong Meraksa. Hal tersebut di atas diketahui dari pemeriam pada bagian awal sebuah naskah kuno mengenai pendaratan tentara Belanda pada taun 1873 yang bahasanya bercampur antara Bahasa Melayu dan Bahasa Aceh (naskah kuno tentnag perndaratan tentara belanda 1873, tt.: 1)
Setelah kebakaran itu maka hilanglah wajah Masjid Raya Baiturahhman lama dan berganti dengan wajah baru. Ketika 6 tahun kemudia dalam rangka mengambil hati rakyat Aceh. Pemerintah militer Belanda pada masa gubernur militer Jenderal Mayor K. Van Der Hajden (1879-1881) membangunnya kembali dalam bentuk bangunan batu bergaya moor, sebagaiman terlihat sekarang hasil rancangan arsitek D. Bruen. Hadirnya bangunan Masjid Raya Baiturahhman dari bahan batu dan bergaya moor tersebut, telah mengubah gaya dan bentukknya yang berciri asli Melayu Nusantara kepada bentuk dan ciri bangunan masjid-masjid di Negara-negara Islalm lainnya, sebagai corak baru yang gemilang dalam sejarah seni bangunannya, seperti Syro-Eghypto Style, Hispano-Moresque Style, Persian Style, Ottoman Style, atau Indian Style (Israr, 1958:130).
Bangunan Masjid Rata Baiturahhman tersebut pada saat pertama dibangun berkubah satu yang kemudian diperluas pada masa gubernur militer A.P,H Van Aken (antara 1935-1936)menjadi tiga kubah. Selanjutnya dalam masa Kemerdekaan Indonesia, yaitu pada masa Gubernur A. Hasmy (atara 1958- 1967) masjid kebanggaan masyarakat aceh tersebut diperluas lagi menjadi lima kubah. Terakhir, pada masa gubernur Ibrahim Hasan (antara 1987-1993) Masjid Raya Baiturahhman diperluas lagi menjasi tujuh kubah.
Masjid Raya Baiturahhman Sangat fenomenal baik sebagai sarana ibadah, media pembinaan ummat, tempat bersejarah, dan objek wisata. Tidak ada kejalasan yang meyakinkan bahwa Masjid Raya Baiturahhman dibangun oleh sultan-sultan Aceh Darusasalam sebelum Iskandar Muda. Sumber-sumber luar dan kronik dalam negeri menegaskan bahwa Masjid Raya Baiturahhman dibangun oleh Sultan Iskandar Muda Meukuta Alam Pada Tahun 1614 M, Ketika Kesultanan Aceh berada dalam masa keemasannya. Dalam masa kekuasaannya, Sultan Iskandar Muda juga membangun banyak masjid, seperti Masjid Raya Baiturahhman, masjid-masjid lain yang dibangun oleh sultan iskandar muda juga disebut masjid raya, terutama karena dibangun oleh raja, masjid ibukota, atau karena dianggap sebagai rumah ibadah bagi sejumlah mukim, seperti Masjid Raya Indrapuri, Masjid Raya Indrapurwa, Masjid Raya Indrapatra Di Aceh, Masjid Raya Labuy, Masjid Raya Nyong, Masjid Raya Reubee, Masjid Raya Keumanganm Masjid Raya Meureudu Di Pidie, dan masjid-masid raya lainnya.
Dari peta, sketsa dan data primer, menginformasikan bahwa Masjid Raya Baiturahhman pada awalnya terbuat dari kayu dan berbentuk persegi empat dengan atap bertigkat-tingkat yang lebih mirip bangunan keagaman asli Melayu Indonesia pra Islam dari pada masjid-masjid di Negara Islam lainnya.

Cemburu (GRAIRAH) DALAM KONSEP ILMU ISLAM


Bismillahhirahman nirrahim…

ALhamdulilah, kali ini saya bisa menulis lagi, adapun tema yang ingin saya urai dalam pembahasan dibawah adalah hal yang juga sangat lumrah ditelinga kita; CEMBURU …ada apa dengan cemburu? Memang tidaklah asing kata tersebut, tapi ternyata ada beberapa hal yang insyaAllah dapat menjadi ilmu bagi kita semua. Baca pelan dan pahami, Chek it out..


Cemburu (GRAIRAH) DALAM KONSEP ILMU ISLAM…

Cemburu merupakan tempat persinggahan yang mulia dan agung. Tetapi orang-orang sufi decade terakhir ada yang membalik pokok permasalahannya, membuat pengertian lain yang bathil, menempatkannya tidak secara proporsional dan menyamarkannya. Allah berfirman berkaitan  dengan grairah (cemburu) ini,
“katakanlah, ‘Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang tampak ataupun yang tersembunyi’.” (Al-A’raf: 33).
Di dalam Ash- shahih disebutkan dari Al-Ahwash, dari Abdullah bin Mas’ud ra, dia berkata Rasulullah SAW bersabda:
“tidak ada seseorang yang lebih cemburu selain dari Allah SWT. Di antara cemburu-Nya ialah Dia mengharamkan kekejian yang tampak maupun yang tersembunyi. Tidak ada seseorang yang lebih mencintai pujian selain dari Allah. Karena itulah Dia memuji Diri-Nya. Tidak ada seseorang yang lebih mencintai alasan selain dari Allah. Karena itu Dia mengutus para rasul sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan.”
Di dalam Ash-Shahih juga disebutkan dari hadist Abu Salamah, dari Abu Huairah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya Allah itu cemburu dan sesungguhnya orang mukmin itu cemburu. Kecemburuan Allah ialah jika hamba melakukan yang diharamkan-Nya.”
Di dalam Ash-Shahih juga disebutkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Apakah kalian heran terhadap kecemburuan Sa’d? Aku benar-benar lebih cemburu daripada dia dan Allah lebih cemburu daripada aku.”
Yang termasuk dalam cemburu adalah firman Allah,
Dan, apabila kamu membaca Al-Qur’an, niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup.” (Al-Isra’: 45)
Dinding yang dimaksud dalam ayat di atas, merupakan dinding cemburu. Oleh karena itu pula Allah tidak menjadikan orang-orang kafir sebagai orang-orang yang layak memahami kalam-Nya, mengetahui , mengesakan dan mencintai-Nya.
Cemburu ada dua macam; cemburu dari sesuatu dan cemburu terhadap sesuatu. Cemburu dari sesuatu ialah kebencian kepada sesuatu yang bersekutu dalam mencintai kekasihmu. Sedangkan cemburu terhadap sesuatu ialah hasratmu yang menggebu terhadap kekasih sehingga engkau merasa takut andaikan orang lain beruntung mendapatkannya atau orang lain yang berbersekutu untuk mendapatkannya.
Cemburu juga ada dua macam; cemburu Allah terhadap hamba-Nya, dan cemburu hamba bagi Allah tetapi bukan cemburu terhadap Allah. Cemburu Allah terhadap hamba-Nya ialah tidak menjadikan manusia sebagai hamba bagi makhlu-Nya, tapi menjadikannya sebagai hamba bagi Diri-Nya dan tidak menjadikannya sekutu dalam penghambaan ini.
Sedangkan cemburu hamba bagi Allah (hanya untuk Allah, dikarenakan-Nya) ada dua macam: cemburu dari dirinya dan cemburu dari selainnya. Cemburu dari dirinya ialah tidak menjadikan sesuatu dari perkataan, perbuatan, keadaan, waktu dan napasnya bagi selain Allah. Sedangkan cemburu dari selainnya Ialah marah jika ada pelanggaran terhadap hal-hal yang diharamkan Allah atau ada pengabaian terhadap hak-hak Allah.
Cemburu hamba terhadap Allah merupakan  kebodohan dan kebathilan yang besar, pelakunya dalah orang bodoh, yang bisa menyeretnya kepada penentang tanpa disadarinya dan membuatnya menyimpang dari Islam.  Untuk apa hamba cemburu terhadap Allah?? Nauzubillah, seharusnya dan sebenarnya “cemburu hamba bagi Allah”.
Syaikh berkata, “Cemburu adalah menggugurkan kesanggupan Karena bakhil dan tidak bisa bersabar karena kecintaannya.”
Artinya, ornag yang cemburu merasa tidak sanggup melakukan kesibukan yang bisa membuatnya mengabaikan kekasih. Hal itu dia lakukan karena bakhil dan kebakhilan ini merupakan kemuliaan bagi orang-orang yang mencintai secara benar. Karena cintanya itu dia juga tidak bisa bersabar jika dia mengabaikan kekasih. Ketidaksabaran ini merupakan sikap yang tidak tercela.
Ada tiga derajat cemburu, yaitu:
1.     Kecemburuan ahli ibadah terhadap sesuatu yang hilang namun dia dapat menutupi apa yang hilang, dapat mengejar yang tertinggal dan dapat mengembalikan kekuatannya.
Ahli ibadah dalam hal ini adalah orang yang beramal shalih berdasarkan ilmu yang bermanfaat . karena kecemburuan terhadap amal shalih yang hilang, maka dia berusaha memperolah kembali apa yang hilang dengan amal lain yang serupa dengannya. Meneliti ibadah-ibadah nafilah dan wirit yang hilang lalu mengerjakan ibadah-ibadah serupa atau sejenis, mengqadha’ mana yang bisa diqadha’ dan mengganti mana yang bisa diganti.

2.     Kecemburuan orang yang mencintai, yaitu cemburu teradap waktu yang tertinggal, dan ini  merupakan kecemburuan yang bisa membunuh, sebab waktu itu cepat berlalunya dan lambat kembalinya.
Orang yang mencintai adalah ahli ibadah dan ahli ibadah adalah orang yang mencintai. Tapi sebutan ahli ibadah lebih dikhususkan terhadap orang yang mengerjakan amal secara murni. Orang yang mencintai namun bukan ahli ibadah adalah orang zindik, sedangkan ahli ibadah yang tidak mencintai adalh orang yang takabur. Waktu menurut pada ahlu ibadalah untuk mengerjakan ibadah dan wirit, sedangkan menurut ornag yang mencintai ialah untuk menghadap kepada Allah dan menyatukan hati dengan-Nya. Waktu bagi dirinya adalah sesuatu yang paling berharga, dia cemburu terhadap waktu jika berlalu tanpa termanfaatkan untuk itu.

3.     Kecemburuan orang yang memiliki ma’rifat terhadap mata yang tertutup tabir, cembiri terhadap rahasia yang tertutup kotoran dan cemburu terhadap napas yang bergantung kepada harapan atau berpaling kepada pemberian.
Orang yang memiliki ma’rifat ini cemburu terhadap pandangan yang tertutup tabir dan hijab. Maksud rahasia dalam perkataan di sini adalah keadaan antara hamba dan Allah. Jika keadaan ini tertutup kotoran, maka orangnya akan memohon pertolongan, sebagaimana orang yang sedang mendapat siksaan meminta pertolongan agar dibebaskan dari siksaan. Jadi dia cemburu terhadap keadaannya yang tertutup kotoran. Dia juga cemburu terhadap napasnya, jika napas itu bergantung kepada harapan akan datangnya pahala, sementara ia tidak bergantung kepada kehendak Allah dan cinta-Nya. Dia juga cemburu jika berpaling kepada pemberian dari selain Allah.

Tidak selayaknya bergantung kecuali kepada Allah semata dan tidak berpaling kecuali kepada Allah Yang Mahakaya lagi Maha Terpuji”
Smoga bermanfaat  jika ada keraguan dalam isi tulisan ini, dapat diperiksa dan di cari informasi yang lebih meyakinkan. insyaAllah…edisi selanjutnya smoga kita akan bertemu dengan tulisan uraian lainnya, amin yarabbal ‘alamin… 

Monday, 23 February 2015

Taubat menurut Al-Qur’an dan kaitan taubat dengan istighfar Taubat

Assalamualaikum warahmatullah hiwabarakatuh
Kali ini pembahasan yang akan saya tulis berkenaan dengan Taubat dan istighfar. Kedua kata itu tentunya sudah tidak asing lagi ditelinga kita,dan salah satu atau malah keduanya sering kita lakukan. Untuk lebih memahami dan mendalami apa sih Taubat dan Istighfar itu, yukk simak beberapa bahasan dalam tulisan ini…

Ø  Taubat menurut Al-Qur’an dan kaitan taub
Taubat

Add caption
Banyak orang mengaitkan taubat dnegan tekat untuk tidak mengulangi kembali dosa, melepaskan diri darinya seketika itu pula dan menyesali apa yang telah dilakukannya di masa lampau. Jika dosa itu berkaitan dengan hak seseorang, maka dibutuhkan cara lain, yaitu membebaskan diri dari dosa itu.
Inilah yang sering disebut dengan taubat, dan bahkan itulah syarat-syaratnya. Sementara taubat menurut penyampaian Allah dan Rasul-NYa, di samping meliputi hal-hal itu, juga meliputi tekat untuk melaksanakan apa yang diperintahkan dan mengikutinya. Jadi, taubat tidak sebatas membebaskan diri dari dausa, tekat dan menyesali, yang kemudian dia disebut orang yang bertaubat, apabila dia mempunyai tekad yang bulat untuk mengerjakan apa yang diperintahkan dan mengikutinya. Inilah hakekat taubat, suatu istilah yang memadukan beberapa hal dari dua perkara ini.
Hakikat taubat adalah kembali kepada Allah dengan mengerjakan apa-apa yang dicintai-Nya dan meninggalkan apa-apa yang di benci-Nya, atai kembali dari sesuatu yang di benci kepasa sesuatu yang dicintai. Karena itu Allah mengaitkan keberuntungan yang mutlak dengan pelaksanaan apa yang diperintahkan apa yang di larang. Firman-Nya dalam Al-Qur’an yang artinya “Dan , bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kalian beruntung” (An-Nur; 31).
Setiap orang yang bertaubat adalah orang yang beruntung. Seseorang tk akan beruntung kecuali dengan mengerjakan apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang. Frman-Nya “Dan, barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.” (AL.Hujurat; 11).
Orang yang Zhalim adalah orang yang meninggalkan apa yang diperintahkan oleh Allah dan mengerjakan apa yang dilarang-Nya. Untuk menghilangkakn sebutan zhalim, maka ia haruslah bertaubat. Dalam hal ini maka manusia berada dalam dua golongan macamnya, yakni orang yang bertaubat dan orang yang zhalim.  Memelihara hukum-hukum Allah merupakan bagian dari taubat. Jadi taubat juga merupakan unsur islam, dan semua unsur islam termasuk dalam istilah taubat. Karenanya orang-orang yang bertaubat berhak menjadi kekasih Allah, karena Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan juga orang-orang yang mensucikan diri.
Jika taubat juga disebut kembali dari apa yang di benci Allah secara lahir dan bathin kepada apa yang dicintai Allah secara lahir bathin, berarti di dalamnya terkandung istilah islam, iman dan ihsan. Inilah yang menjadi tujuan setiap Mukmin, permulaan dan kesudahan hidupnya. Banyak orang yang tidak mengetahui porsi taubat dan hakikatnya, terlebih lagi pengamalannya berdasarkan ilmu dan kondisinya. Karena Allah memberikan kecintaan-Nya kepada orang yang bertaubat, berarti mereka adalah orang-orang yang khusus disisi-Nya.


Istighfar
Istighfar ada dua macam; istighfar yang berdiri sendiri dan istighfar yang dikaitkan dnegan taubat. Istighfar yang berdiri sendiri seperti perkataan Nuh As atau perkataan Shalih As kepada kaumnya, atau seperti firman Allah;
Dan, mohonlah ampun kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Baqarah; 199).
Sedangkan istighfar yang dikaikan dengan taubat, seperti firman Allah,
Dan, hendaklah kalian meminta ampun kepada Rabb, kalian dan bertaubatlah kepada-Nya. (jika kalian mengerjakan yang demikian), niscaya ia akan memberi kenikmatan yang baik (teus-menerus) kepada kalian sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaan.” (Hud;3).
Istighfar yang berdiri sndiri seperti taubat, dan bahkan istighfar itu sendiri adalah taubat, yang berarti menghapus dosa, menghilangkan pengaruhkan dan mengeyahkan, tidak seperti yang dikira sebagian orang bahwa arti taubat adalah menutupi aib. Toh Allah menutupi aib orang yang diberi-Nya ampunan atau yang tidak diberi-Nya ampunan. Penutup aib anya sekadar kelaziman dari makna atau sebagian diantaranya. Istighfar inilah yang mencegah turunnya adzab, sebagaimana firman-Nya;
Dan tidaklah Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (An-Anfal;33).
Allah tidak akan mengazab orang-orang yang meminta ampunan. Sedangkan orang yang masih tetap berbuat dosa, namun masih berbuat dosa kepada Allah, maka ini tidak bias disebut istighfar murni. Karena itu, istoghfarnya tidak mampu mencegah adzab. Istighfar mencakup taubat dan taubat mencakup istighfar, masing-masing masuk ke dalam pengertian yang berbeda. Jika keduanya disertakan, maka makna istighfar adalah menjaga dari kejahatan yang lampau, sedangkan taubat adalah kembali dan mencari penjagaan amalnya.

Sekian dulu ya,,,,,semoga bermanfaat J
Next, akan kita lanjutkan pada kesempatan yang lain, dengan pembahasan yang tidak kalah bermanfaat juga!! insyaAllahhu Subhanallahu Ta’ala J