Saturday, 28 February 2015

Cemburu (GRAIRAH) DALAM KONSEP ILMU ISLAM


Bismillahhirahman nirrahim…

ALhamdulilah, kali ini saya bisa menulis lagi, adapun tema yang ingin saya urai dalam pembahasan dibawah adalah hal yang juga sangat lumrah ditelinga kita; CEMBURU …ada apa dengan cemburu? Memang tidaklah asing kata tersebut, tapi ternyata ada beberapa hal yang insyaAllah dapat menjadi ilmu bagi kita semua. Baca pelan dan pahami, Chek it out..


Cemburu (GRAIRAH) DALAM KONSEP ILMU ISLAM…

Cemburu merupakan tempat persinggahan yang mulia dan agung. Tetapi orang-orang sufi decade terakhir ada yang membalik pokok permasalahannya, membuat pengertian lain yang bathil, menempatkannya tidak secara proporsional dan menyamarkannya. Allah berfirman berkaitan  dengan grairah (cemburu) ini,
“katakanlah, ‘Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang tampak ataupun yang tersembunyi’.” (Al-A’raf: 33).
Di dalam Ash- shahih disebutkan dari Al-Ahwash, dari Abdullah bin Mas’ud ra, dia berkata Rasulullah SAW bersabda:
“tidak ada seseorang yang lebih cemburu selain dari Allah SWT. Di antara cemburu-Nya ialah Dia mengharamkan kekejian yang tampak maupun yang tersembunyi. Tidak ada seseorang yang lebih mencintai pujian selain dari Allah. Karena itulah Dia memuji Diri-Nya. Tidak ada seseorang yang lebih mencintai alasan selain dari Allah. Karena itu Dia mengutus para rasul sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan.”
Di dalam Ash-Shahih juga disebutkan dari hadist Abu Salamah, dari Abu Huairah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya Allah itu cemburu dan sesungguhnya orang mukmin itu cemburu. Kecemburuan Allah ialah jika hamba melakukan yang diharamkan-Nya.”
Di dalam Ash-Shahih juga disebutkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Apakah kalian heran terhadap kecemburuan Sa’d? Aku benar-benar lebih cemburu daripada dia dan Allah lebih cemburu daripada aku.”
Yang termasuk dalam cemburu adalah firman Allah,
Dan, apabila kamu membaca Al-Qur’an, niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup.” (Al-Isra’: 45)
Dinding yang dimaksud dalam ayat di atas, merupakan dinding cemburu. Oleh karena itu pula Allah tidak menjadikan orang-orang kafir sebagai orang-orang yang layak memahami kalam-Nya, mengetahui , mengesakan dan mencintai-Nya.
Cemburu ada dua macam; cemburu dari sesuatu dan cemburu terhadap sesuatu. Cemburu dari sesuatu ialah kebencian kepada sesuatu yang bersekutu dalam mencintai kekasihmu. Sedangkan cemburu terhadap sesuatu ialah hasratmu yang menggebu terhadap kekasih sehingga engkau merasa takut andaikan orang lain beruntung mendapatkannya atau orang lain yang berbersekutu untuk mendapatkannya.
Cemburu juga ada dua macam; cemburu Allah terhadap hamba-Nya, dan cemburu hamba bagi Allah tetapi bukan cemburu terhadap Allah. Cemburu Allah terhadap hamba-Nya ialah tidak menjadikan manusia sebagai hamba bagi makhlu-Nya, tapi menjadikannya sebagai hamba bagi Diri-Nya dan tidak menjadikannya sekutu dalam penghambaan ini.
Sedangkan cemburu hamba bagi Allah (hanya untuk Allah, dikarenakan-Nya) ada dua macam: cemburu dari dirinya dan cemburu dari selainnya. Cemburu dari dirinya ialah tidak menjadikan sesuatu dari perkataan, perbuatan, keadaan, waktu dan napasnya bagi selain Allah. Sedangkan cemburu dari selainnya Ialah marah jika ada pelanggaran terhadap hal-hal yang diharamkan Allah atau ada pengabaian terhadap hak-hak Allah.
Cemburu hamba terhadap Allah merupakan  kebodohan dan kebathilan yang besar, pelakunya dalah orang bodoh, yang bisa menyeretnya kepada penentang tanpa disadarinya dan membuatnya menyimpang dari Islam.  Untuk apa hamba cemburu terhadap Allah?? Nauzubillah, seharusnya dan sebenarnya “cemburu hamba bagi Allah”.
Syaikh berkata, “Cemburu adalah menggugurkan kesanggupan Karena bakhil dan tidak bisa bersabar karena kecintaannya.”
Artinya, ornag yang cemburu merasa tidak sanggup melakukan kesibukan yang bisa membuatnya mengabaikan kekasih. Hal itu dia lakukan karena bakhil dan kebakhilan ini merupakan kemuliaan bagi orang-orang yang mencintai secara benar. Karena cintanya itu dia juga tidak bisa bersabar jika dia mengabaikan kekasih. Ketidaksabaran ini merupakan sikap yang tidak tercela.
Ada tiga derajat cemburu, yaitu:
1.     Kecemburuan ahli ibadah terhadap sesuatu yang hilang namun dia dapat menutupi apa yang hilang, dapat mengejar yang tertinggal dan dapat mengembalikan kekuatannya.
Ahli ibadah dalam hal ini adalah orang yang beramal shalih berdasarkan ilmu yang bermanfaat . karena kecemburuan terhadap amal shalih yang hilang, maka dia berusaha memperolah kembali apa yang hilang dengan amal lain yang serupa dengannya. Meneliti ibadah-ibadah nafilah dan wirit yang hilang lalu mengerjakan ibadah-ibadah serupa atau sejenis, mengqadha’ mana yang bisa diqadha’ dan mengganti mana yang bisa diganti.

2.     Kecemburuan orang yang mencintai, yaitu cemburu teradap waktu yang tertinggal, dan ini  merupakan kecemburuan yang bisa membunuh, sebab waktu itu cepat berlalunya dan lambat kembalinya.
Orang yang mencintai adalah ahli ibadah dan ahli ibadah adalah orang yang mencintai. Tapi sebutan ahli ibadah lebih dikhususkan terhadap orang yang mengerjakan amal secara murni. Orang yang mencintai namun bukan ahli ibadah adalah orang zindik, sedangkan ahli ibadah yang tidak mencintai adalh orang yang takabur. Waktu menurut pada ahlu ibadalah untuk mengerjakan ibadah dan wirit, sedangkan menurut ornag yang mencintai ialah untuk menghadap kepada Allah dan menyatukan hati dengan-Nya. Waktu bagi dirinya adalah sesuatu yang paling berharga, dia cemburu terhadap waktu jika berlalu tanpa termanfaatkan untuk itu.

3.     Kecemburuan orang yang memiliki ma’rifat terhadap mata yang tertutup tabir, cembiri terhadap rahasia yang tertutup kotoran dan cemburu terhadap napas yang bergantung kepada harapan atau berpaling kepada pemberian.
Orang yang memiliki ma’rifat ini cemburu terhadap pandangan yang tertutup tabir dan hijab. Maksud rahasia dalam perkataan di sini adalah keadaan antara hamba dan Allah. Jika keadaan ini tertutup kotoran, maka orangnya akan memohon pertolongan, sebagaimana orang yang sedang mendapat siksaan meminta pertolongan agar dibebaskan dari siksaan. Jadi dia cemburu terhadap keadaannya yang tertutup kotoran. Dia juga cemburu terhadap napasnya, jika napas itu bergantung kepada harapan akan datangnya pahala, sementara ia tidak bergantung kepada kehendak Allah dan cinta-Nya. Dia juga cemburu jika berpaling kepada pemberian dari selain Allah.

Tidak selayaknya bergantung kecuali kepada Allah semata dan tidak berpaling kecuali kepada Allah Yang Mahakaya lagi Maha Terpuji”
Smoga bermanfaat  jika ada keraguan dalam isi tulisan ini, dapat diperiksa dan di cari informasi yang lebih meyakinkan. insyaAllah…edisi selanjutnya smoga kita akan bertemu dengan tulisan uraian lainnya, amin yarabbal ‘alamin… 

No comments:

Post a Comment